come on INDONESIA

come on INDONESIA
design by menteri design indonesia

Minggu, 02 September 2007

Berkampanye dalam Film Transformers


TransformersFilm Transformers yang berkisah pertarungan antara 2 kubu robot dari Cybertron, yakni antara Autobot dan Decepticon, mungkin sudah sangat familiar bagi kita-kita yang berusia 30 tahun-an. Film yang berawal dari animasi produksi Sunbow dan Marvel tahun 1980-an ini memang dimaksudkan sebagai salah satu cara jualan mainan produksi Hasbro. Saat itu, Hasbro gencar-gencarnya melakukan ekstensi promo produk mainannya melalui serial animasi.

Selain Transformers, Hasbro, Marvel, dan Sunbow juga bekerja sama memproduksi serial animasi G.I. Joe dan Visionnaries. Yang sukses, hingga berlangsung lebih dari 5 season diikuti dengan film layar lebar, hanya Transformers dan G.I. Joe. Bahkan, setelah kerja sama ini berakhir, Hasbro masih melanjutkannya dengan rumah produksi animasi lainnya, baik di AS maupun di Jepang. Seri Transformers pun berlanjut dengan ekstensi seri lainnya: Headmasters, Masterforce, Victory, Zone, Beast Wars, Beast Machine, Armada, Energon, Cybertron, dan Galaxy Force. Ekstensi terakhir adalah film layar lebar karya Michael Bay dan Steven Spielberg yang kini masih tayang di bioskop di Indonesia.

Jualan mainan ternyata memang nggak main-main. Bahkan, di film layar lebar terbarunya, selain Hasbro, banyak pihak lain yang diuntungkan. Penggunaan product placement dalam film memang sudah menjadi hal yang lumrah. Bila film itu punya potensi yang menarik, para brand tidak akan sungkan-sungkan menyumbang ratusan ribu dollar untuk memamerkan produknya secara wajar dalam film. Percaya atau tidak, di film Transformers ini ada lebih dari 60 brand nongol di sini. Pemasang iklan sekaligus sponsor utama adalah General Motors dimana 4 merk mobilnya dipakai untuk pasukan Autobot.

Transformers

Yang mungkin nggak terlalu kelihatan adalah, bahwa film ini sebetulnya juga menjadi alat untuk rekrutmen tentara AS. Kedekatan sang sutradara Michael Bay dengan pihak militer AS memungkinkannya bisa meminjam beberapa jet ekstra untuk film ini. Lokasi tempur pasukan AS di Timur Tengah, kesan dekatnya pasukan AS dengan penduduk lokal di sana, serta persuasi tidak langsung melalui penceritaan, secara tidak langsung mengangkat reputasi militer AS. Apalagi, di AS, film ini sengaja diputar lebih lambat daripada negara-negara lainnya, hanya agar tepat jatuh pada hari kemerdekaan AS, 4 Juli 2007.

Berfantasi tentang sebuah kendaraan, gadget, atau binatang menjadi sebuah robot tentu memang mengasyikkan. Imajinasi sangat bermain di kala kita membayangkan proses perubahan bentuknya. Meski tidak terkait langsung dengan film layar lebarnya, beberapa brand sempat pula membuat iklan dan produk yang berbasis imajinasi tersebut. Sebut saja Citroen C4 yang sudah beberapa kali menampilkan kecanggihan teknologi mobil tersebut melalui perubahan bentuk mobil C4 menjadi sebuah robot yang menari, berlari, dan ice-skating. Lalu ada lagi iklan Motorola V3 Razr yang menampilkan konsep seluruh ruangan yang bisa berubah menjadi dalam satu telepon genggam kecil. Belakangan ini, sepatu Nike juga menawarkan sepatu yang bisa berubah bentuk menjadi robot. Entahlah, apakah sepatu ini bisa dipakai atau tidak.

Nike

Suksesnya film Transformers sudah pasti akan diikuti dengan sekuelnya. Apalagi, di film ini, si pengkhianat Decepticon, Starscream, yang bisa berubah wujud menjadi pesawat F-16, masih lolos. Keberhasilan film ini dalam menaungi product placement pasti akan diikuti dengan model serupa pada sekuelnya. Semakin banyak brand (terutama mobil, pesawat, gadget, dan internet) yang pasti ingin masuk di dalamnya. Tidak melulu mobil mewah, bisa jadi brand alat berat atau pesawat angkutan umum pun bisa pula melakukan product placement, karena isunya karakter Constructicons dan Aerialbots akan muncul di sekuelnya.

Nikmat juga ya pembuat film Transformers ini. Filmnya laku, jualannya pun ikut laku keras…